A.
SEJARAH
PENULISAN SEJARAH INDONESIA
Salah satu
kritik sejarah yang paling sering terdengar mengenai penelitian sejarah
Indonesia adalah tidak adanya suatu karya sejarah umum yang pantas mengenai
Indonesia. Sesungguhnya ada sejumlah buku mengenai sebagai keseluruhan , tetapi
sebagian besar diantaranya merupakan singakatan dai para sarjana Belanda dari
masa sebelum perang atau hanya berupa buku – buku pelajaran yang sederhana
untuk kepentingan sekolah dasar dan sekolah menengah.
Ini sebab utama
mengapa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mensponsori proyek penulisan karya
sejarah umum Indonesia sari masa prasejarah sampai kini. Proyek tersebut
resminya telah selesai dengan terbitnya enam jilid Sejarah Nasional Indonesia.
Hingga kini buku itu telah dicetak ulang sampai tiga kali, tetapi seperti telah
disebutkan buku itu ternyata mengecewakan beberapa penulisnya.
Penanggungjawabnya mencetak naskah – naskah yang belum rampung dan belum
dikoreksi, tanpa sepengetahuan para penulisnya.
Penulisan
sejarah Indonesia di mulai pada zaman Kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit
(dalam bentuk babad, hikayat, kronik, dan tambo). Yang lazim disebut
historiografi tradisional. Penulisan sejarah Indonesia berlanjut pada zaman
kolonial, yang disebut historiografi kolonial, lalu pada masa pasca-kolonial,
disebut juga historiografi modern atau biasa disebut histioriografi kritis atau
historiografi ilmiah.
Penulisan sejarah Indonesia ditandai dua
hal :
·
Bersifat politis dan ideologis, kurang
ilmiah. Kecuali pada karya sejarawan Husein Djajaningrat pada tahun 1913
berjudul Tinjauan Kritis Sejarah Banten.
·
Menunhukkan unsur kejayaan dan kebesaran
dari struktur kekuasaan yang dominan.
Historiografi
Indonesia Modern dimulai pada tanggal 14-18 Desember 1957. Pelopor sejarah
ilmiah atau kritis adalah Sartono Kartodirjo, melalui majalah Lembaran Sejarah yang diterbitkan oleh
Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Gajah Mada (UGM).
Tahap – tahap
historiografi di Indonesia :
1.
Historiografi
Tradisional
Fase
historiografi tradisional dimulai sejak zaman kerajaan – kerajaan Hindu-Belanda
sampai masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia menurut Taufik Abdullah, pada
fase historiografi tradisional, penulisan sejarah yang dilakukan lebih
merupakan ekspresi budaya dan pantulan kepribadian social masyarakat atau
kelompok social yang menghasilkannya daripada usaha untuk merekam peristiwa
,masa lalu. Jenis karya yang dapat dikategorikan historiografi tradisional
adalah prasasti (pada masa Hindu-Budha), babad, dan hikayat.
Ciri – ciri Historiografi Tradisional :
Ø Istana sentris, artinya berpusat
pada keinginan dan kepentingan raja.
Ø Feodalis-aristokratis, artintya
berpusat pada kehidupan kaum bangsa feudal, bukan kehidupan rakyat.
Ø Subjektivitas tinggi, sebab penulis
hanya mencatat peristiwa penting di kerajaan dan atas permintan sang raja.
Ø Tujuannya melegitimasi dan
melegalkan kekuasaan serta kedudukan raja.
Ø
Ø Banyak mengandung anakronisme dalam
penyusunannya.
Ø Umumnya penulisannya tidak disusun
secara ilmiah, serta sering kali datanya bercampur – campur anatara unsur mitos
dan realitas.
Ø Sumber – sumber datanya sulit untuk
ditelusuri, bahkan terkadang mustahil untuk dibuktikan dengan kata lain, fakta
sejarahnya sulit dibuktikan.
Ø Regip-sentris, banyak dipengaruhi
oleh faktor budaya masyarakat tempat naskah itu ditulis
Contoh
Historiografi Tradisional :
·
Babad
Tanah Pasundan
·
Babad
Parahiangan
·
Babad
Tanah Jawa
·
Pararaton
·
Nagarakertagama
·
Babad
Galuh
·
Babad
Sriwijaya
·
Babad
Cirebon
·
Babad
Banten
·
Babad
Diponegoro
·
Babad
Demak
·
Babad
Aceh
2.
Historiografi Kolonial
Historiografi
tradisional adalah karya-karya sejarah (tulisan sejarah) yang dengan ciri khas Eropa-sentris atau Belanda-sentris. Karya-karya ini
umumnya, ditulis pada saat pemerintahan kolonial, terutama Belanda dan Inggris
ketika berkuasa di Indonesia, sejak zaman VOC (1600) sampai ketika pemerintah
Hindia Belanda berakhir dan takluk kepada Jepang (1942). Penulisnya juga adalah
orang-orang Belanda atau Eropa. Tidak semua karya sejarah pada masa ini
digolongan sebagai hitoriografi kolonial.
Fokus utama historiografi kolonial adalah kehidupan warga Belanda di
Indonesia di Hindia Belanda : aktivitas-aktivitas warga Belanda, pemerintah
kolonial, pegawai kompeni, dan kegiatan para gubernur jendral dalam menjalankan
tugasnya di Hindia Belanda. Kondisi rakyat yang terjajah tidak mendapat
perhatian. Itu semua dilakukan tidak
lain demi tujuan politis-ideologis, dengan memberi pembenaran, melegitimasi
penjajah serta melanggengkan eksistensi belanda di Indonesia.
Ciri-ciri
Historiografi Kolonial :
·
Belanda
Sentrisme artinya sejarah Indonesia di tulis dari sudut pandang kepentingan
orang-orang Belanda yang sedang berkuasa di Nusantara Indonesia saat itu.
·
Eropasentrisme,
artinya ditulis dari sudut pandang kepentingan orang Belanda, dan kepentingan
bangsa Eropa pada umumnya.
·
Mitologisasi, artinya banyak kejadian yang tidak
didasarkan pada kejadian yang sebenarnya.
Contoh karya
historiografi kolonial yang paling populer adalah :
·
Geschiedenis van Indonesie (Sejarah
Indonesia) karya H.J. de Graaf
·
Geschiedenis van de Indischen Archipel (Sejarah
Nusantara) karya B.H.M. Vlekke
·
Schets eener economische Geschiedenis
van Neterlands-Indie (Sejarah Ekonomi Hindia Belanda) karya
G. Gonggrijp
· History of Java
(1817) karya Thomas S. Raffles (masa penjajahan Inggris).
3. Historiografi
Nasional
Historiografi
nasional adalah penulisan sejarah Indonesia yang bersifat Indonesia-sentris. Sebagaimana
dikemukakan oleh sejarawan Sartono
Kartodirdjo, viisi dasar historiografi nasional adalah menempatkan
rakyat Indonesia sebagai pemeran serta pelaku utama dari sejarah sendiri (history
from within). Artinya, sejarah Indonesai ditulis berdasarkan pengalaman
serta sudut pandang orang Indonesia sendiri, bukan berdasarkan pengalaman serta
sudut pandang bangsa penjajah.
Secara ringkas,
isi historiografi nasional ditandai beberapa hal sebagai berikut.
·
Banyak istilah
dari bahasa Belanda diindonesiaka
·
Penulisan
diarahkan untuk kepentingan bangsa Indonesia;
·
Orang Indonesia
menjadi subjek sejarah, bukan lagi objek pelengkap atau penderitaan sebagaimana
pada historiografi kolonial;
·
Karakteristik
dan watak tokoh sengaja dipertukarkan dan diganti.
Kalau dalam
historiografi kolonial para para tokoh Belanda adalah pahlawan, kalau dalam
historiografi nasional mereka adalah penjahat dan tokoh Indonesia adalah
pahlawan. Muhammad Yamin,
berpendapat bahwa penulisan sejarah Indonesia dari perspektif nasionalisme
diperlukan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Ia adalah penulis
dari Gadjah Mada, Diponegoro, dan 6000 Tahun Sang Merah Putih.
Historiografi nasional juga bersifat
politis dan ideologis,
yaitu mempertebal jiwa nasionalisme dan patriotisme di kalangan bangsa
Indonesia.
Karya-karya
lain yang dapat dikelompokan ke dalam Historiografi Nasional adalah sebagai
berikut :
·
Biografi para pahlawan, seperti Teuku
Umar, Imam Bonjol, dan Diponegoro.
·
Sejarah perlawanan terhadap para
penjajah, seperti Perang Padri dan Perang Diponegoro
·
Biografi tokoh-tokoh pergerakan
nasional, seperti Sutomo, Kartini, Abdul Rivai, dan Wahid Hasyim.
Umumnya
Hitoriografi Nasional memiliki beberapa acuan :
·
sejarah sebagai suku banasa yang ada di
Indonesia,
·
memanfaatkan berbagai sumber yang ada,
baik sumber lisan, tulisan, maupun benda,
·
objek penelitian mengacu pada beberapa
aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Ciri-ciri
Historiografi Nasional :
·
Bersifat
Indonesia sentrisme, penulisan sejarah di Indonesia diinterpretasikan sebagai
sejarah nasional dan ditulis dari sudut kepentingan
rakyat Indonesia.
·
Bersifat
metodologis, artinya penulisan sejarah Indonesia menggunakan pendekatan ilmiah
berdasarkan teknik penulisan ilmiah untuk ilmu sosial.
·
Bersifat
kritis historis, berarti substansi penulisan sejarah Indonesia secara ilmiah
dapat dipertanggungjawabkan
Contoh Historiografi
Nasional :
·
Sejarah Perlawanan-Perlawanan terhadap
Kolonialismedan Inperialisme (editor: Sartono Kartodirdjo)
·
Sejarah Nasional Indonesia, Jilid I
sampai dengan VI (editor: Sartono Kartodirdjo).
·
Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah
Asia Tenggara, karya R. Moh. Ali.
·
Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid I
sampai dengan XI, karya A.H. Nasution.
4. Historiografi
Modern
Historiografi
modern adalah penulisan sejarah Indonesia yang bersifat kritis atau memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah. Banyak tulisan yang salah interpretasi dengan
mendefinisikan historiografi modern sebagai penulisan sejarah Indonesia setelah
Indonesia merdeka. Padahal, sebelum Indonesia merdekapun, kita memiliki karya
sejarah yang sengat tepat yaitu historiografi modern. Contohnya Cristiche
Beschouwing van de Sadjarah Banten (Tinjauan Kritis tentang Sejarah Benten)
yang merupakan karya dari Dr. Hoesein
Djajadiningrat (1886-1960).
Karakteristik
utama Historiografi Modern ada 3 :
·
Pertama, upaya menuntut
ketepatan metodologi dalam
usaha untuk mendapatkan fakta sejarah secermat mungkin, mengadakan rekonstruksi
sebaik mungkin, serta menerangkannya setepat mungkin sesuai kaidah-kaidah
ilmiah.
·
Kedua, historiografi
modern mengkritik historiografi nasional yang dianggap bertendensi
“menghilangkan” peran unsur asing dalam proses membentuk keindonesiaan
(dekolonialisasi sejarah).
·
Ketiga, historiografi
modern juga memunculkan suatu terobosan baru, yaitu munculnya peranan-peranan
rakyat kecil sebagai pelaku sejarah.
Contoh
Historiografi Modern :
·
Indonesia Historiography, 2001
·
Modern Indonesia, Tradition and
Transformation, 1984
·
Ratu Adil, 1984
·
Protest Movement in Rural Java, Oxford
University, 1973
·
The Peasant Revolt of Banten in 1888
B.
SEJARAH PENULISAN SEJARAH ISLAM
Dalam tradisi keilmuan Islam, ilmu
sejarah dianggap sebagai ilmu-ilmu keagamaan ('ulum an-naqliyyah) karena pada
awalnya terkait dengan ilmu Hadits
.
Seperti diketahui, pada masa pra-Islam dan awal Islam bangsa Arab tidak
mencatat sejarah mereka. Mereka menyimpan catatan itu dalam bentuk hafalan. Hal
ini bukan karena
mereka tidak mengenal tulisan,
tetapi karena tradisi lisan (hafalan) lebih dihargai dan diutamakan dibanding
tradisi tulisan. Sejarah awal bangsa Arab hanya berupa ungkapan mengenai
berbagai peristiwa dan peperangan yang disimpan dalam bentuk ingatan kolektif
dan ditransfer ke pihak lain melalui tradisi lisan.
Untuk
mengetahui secara mendalam informasi sejarah perjalanan dan warisan asli
penduduk jazirah Arab pra Islam adalah dengan mengarahkan perhatian pada
tradisi lisan, yang pertama disebut dengan al Ayyam, yang arti semantiknya
adalah hari-hari penting, yaitu hari-hari dimana telah terjadi
peperangan/konflik antar kabilah karena perebutan sumber air, padang rumput dan
perselisihan mencapai kepemimpinan. Kedua disebut dengan al Ansab, jamak dari
nasab artinya silsilah, yaitu pengetahuan yang harus dihapal oleh setiap
kabilah tentang asal usul dan anggota keluarganya agar tetap murni, karena
nasab adalah yang dibanggakan terhadap kabilah-kabilah lain. Kedua hal itulah
yang memungkinkan sejarawan mengetahui masa itu tentang Arab pra Islam meskipun
tidak seluruhnya menggambarkan kenyataan dan berita itu bertolak dari realitas.
Historiografi awal Islam pada
hakikatnya merupakan historiografi Arab yang berkembang dalam periode sejak
Islam pertama kali disampaikan Nabi Muhammad SAW. sampai abad ke-3 H, ketika
historiografi Islam awal mengambil bentuk relatif mapan. Perkembangan
historiografi Islam awal tidak bisa dipisahkan dari perkembangan ajaran Islam
maupun komunitas muslim itu sendiri.
Tradisi Arab sebelum Islam telah
menekankan unsur fakta yang konkrid dalam sejarah, terlepas dari lingkungannya
dan sedapat mungkin tidak mengalami perubahan oleh proses berfikir manusia.
Kebenaran sejarah, sebagai mana kebenaran agama telah dianggap terjamin oleh
sifat jujur dari sejumlah orang yang menyampaikan suatu informasi secara
berantai sehingga mereka disebut “rangkaian pemberi kabar” atau isnad.
1.
Khabar
Yaitu,
bentuk historiografi yang paling tua yang langsung berhubungan dengan cerita
perang dengan uraian yang baik dan sempurna di tulis dalam bebebrapa halaman
saja. Ciri khas Khabar yaitu:
a. Tidak
terdapat hubungan sebab-akibat di antara dua atau lebih peristiwa-peristiwa.
b. Khabar
sudah ada sebelum Islam jadi berupa cerita perang dengan bentuk cerita pendek
yang disajikan dalam bentuk dialog yang meringankan ahli sejarah.
c. Bentuk
khabar lebih banyak merupakan gambaran yang beraneka ragam.
Contoh
beberapa karya sejarah yang menggunakan bentuk khabar:
a. Ali
Ibn Muhammad al-Madani (wafat tahun 831). monograf yang berhasil ditemukan
adalah al-Murdifat min Quraysy (wanita Quraisy yang bayak suami)
b. Abu
Mihnaf Luth ibn Yahya (wafat tahun 774)
c. Al-Haitsam
ibn Adi (wafat tahun 821) dan Ibn Habib. karyanya merupakan kumpulan monograf
dalam bentuk khabar atau nasab.
2.
Kronik
Penyusunan
sejarah berdasarkan urutan penguasa dan tahun-tahun kejadian. Kronik ini bisa
ditambah dengan hal-hal baru dalam bentuk suplemen yang lazim disebut dyal atau
ekor.
Contoh
karya sejarah (kronik) tertua:
a. Karya
Khalifah ibn. Khayyat, dalam bahasa Arab, ditulis sampai tahun 847 kira-kira
delapan tahun sebelum penulisnya meninggal. Ia memulai uraiannya mengenai arti
tarikh dan uraian singkat mengenai sejarah Muhammad pada permulaan hayatnya.
b. Ya’kub
ibn. Sufyan (wafat tahun 891). Kitab sejarahnya ditulis pada pertengahan kedua
abad ke-9. Ditulis menurut urutan tahun ditambah beberapa kutipan-kutipan.
c. Ibn
Abi Haithamah (wafat tahun 893). Juga menunjukkan fasal-fasal dengan urutan
tahun walaupun terbatas bila dibandingkan dengan karya lainnya secara
keseluruhan.
d. Ibn
Jarier al-Tabari (923), karya standar terdiri beberapa jilid mengenai
historiografi kronik ialah Tarikh al-Uman wa al-Muluk. Uraian-uraian itu
meliputi sejarah nabi di Mekkah, istri-istri Rasulullah, orang-orang
murtad,biografi Abu Bakar, dsb. Tulisan yang lain adalah Adab al Manasik, Adab
al-Nufus, Iktilaf ulama al-Amshar, Tahdzib Atsar, Jami al-Bayan al ta’wil Ayl
al-Quran, al Jami’ fi al Qiraat, Zail al Zall al Muzayyal dll. Tulisannya
banyak mempengaruhi arah penulisan selanjutnya.
3.
Biografi
Biografi
disusun dalam kelompok yang lazim disebut “tabaqah”. Karya ini mencakup sejarah
hidup orang-orang besar, tokoh-tokoh terkemuka serta orang-orang penting yang
telah meninggal dalam waktu yang kira-kira sama.
Di
dalam masyarakat Islam ada beberapa faktor mengapa biografi menjadi dominan:
a. Biografi
Nabi Muhammad SAW merupakan sumber utama bagi pembangunan masyarakat Islam.
b. Meriwayatkan
kehidupan Nabi Muhammad SAW secara terinci tergantung kepada para perawi secara
individual, isinya dapat ditolak ataupun diterima tergantung kepada data
kehidupan perawi itu sendiri.
c. Perjuangan
didalam menegakkan Islam sebagian besar ditunjukkan oleh keunggulan
pribadi-pribadi pemimpinnya, yang telah sangat berjasa di dalam perjuangan itu.
Sejak
abad ke-10, penyusunan biografi menurut abjad merupakan cara yang diutamakan.
Beberapa
karya biografi:
a. al-Dzahabi
dalam kitabnya Tarikh al-Islam wa thabaqat masyahir al a’lam sanggup
menunjukkan tanggal lahir tiap-tiap tahun bagi nama-nama yang dicantumkannya di
di dalam kitabnya.
b. Khatib
al-Baghdadi dalam kitab Tarikh Baghdad, tanggal kelahiran dan kematian
disebutkan masing-masing di dalam permulaan penulisan biografi.
c. Yaqut
(1229), berjudul Irshad al-arib ila ma’rifat al-adib.
d. Abi
Usaybiah (1270), tulisannya berjudul Ujun al-anba fi tabagat al-atibba
e. Ibn
Khallikan (1282), biografi tokoh-tokoh terkemuka berjudul wafayat al-A’yan.
4.
Sejarah Umum
Pada
akhir abad ke-9, sejarah politik dikaitkan dengan sejarah pemikiran, dan mulai
membicarakan berbagai gejala penting dari peradaban-peradaban yang pernah
dikenal, diantaranya:
a. Karya
sejarah al-Yaqubi, berjudul Tarikh al-Yaqubi yang disebarkan oleh Goutsma di
Leiden tahun 1883 terdiri dari dua jilid.
b. Al-Mas’udi
menulis tentang Muruj az-Zahab yang masih berpengaruh terhadap karya-karya
selanjutnya.
c. Karya
Muhammad Ibn Jarir al-Thabari, berjudul Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Berisi
uraian sejarah mengenai agama, hukum dan kejadian politik lainnya.
d. Miskawiyah
dengan karyanya Tajarib al-Umam. Berisi uraian mengenai sejarah Persia Kuno,
dan riwayat kerajaan Romawi dan Turki.
e. Rashid
ad-Din Fadlalh (1318) dari Asia Tengah, karyanya mengenai Sejarah Umum
(Jami’at-tawarikh), ditulis dalam bahasa Persia dan merupakan karya asli
pertama sejarah universal Islam.
5. Sejarah Lokal
Penulisan sejarah local dalam Islam pada permulaanya ialah
dengan menonjolkan pertimbangan-pertimbangan keagamaan. Penempatan sejarah pada
setiap saat selalu merupakan kesenangan bagi sesuatu kelompok dalam mengekpresikan
literatur yang disenanginya. Kuatnya daya ikatan manusia dengan tempat dimana
dia di lahirkan dijelmakan oleh kelompok penduduk yang tinggal di wilayah
Islam. Menurut asal mulanya ada dua macam yang harus dibedakan tentang
penulisan sejarah regional dan local, yaitu historiografi local sekuler dan
historiografi local teologis.
a. Historiografi local sekuler di dalam
Islam memuat peristiwa-peristiwa sebelum Islam. Tradisi historiografi local
sekuler di Mesir dilanjutkan oleh penulis-penulis seperti al-Musabbihi dan ibn
Muyassar. Dengan pendekatan abad kelima belas Masehi, tradisi historiografi
local sekuler di Mesir mengarah pada komposisi karya –karya referensi yang
menyajikan kekayaan informasi mengenai topografi, kebudayaan, sejarah dan
ekonomi.
Keistimewaan historigrafi local
adalah untuk menyatakan keperluan dan aspirasi tertentu dari suatu lingkungan
yang lebih banyak dituntut oleh dunia Islam daripada Arabia. Penekanan
historiografi local sekuler yaitu sebagai sejarah politik dan sejarah para
pejabat resmi di wilayah tertentu.
b. Historiografi local teologi, tidak
mementingkan tanggal dan biografi. Bentuk historiografi ini berkembang di luar
kebutuhan untuk mencegah masuknya hadis-hadis palsu dengan menetapkan kedudukan
para perawi.
Terdapat
kekhususan pada historiografi local teologis, yaitu mereka yang tidak
dilahirkan di Mesir tetapi untuk beberapa waktu tertentu tinggal disana.
6. Sejarah Kontemporer dan Memoar
Semua
historiografi kontemporer tidak berbeda dalam bentuk dan isinya dengan sejarah
umum. Dimana penulis mempergunakan sejarah masa lalu sebagai latar belakang
masa sekarang. Sedangkan dasar penulisan memoir sendiri adalah catatan dan
catatan harian. Banyaknya orang-orang Islam menduduki kedudukan penting dalam
masyarakat, menyebabkan mereka membiasakan diri mencatat tiap
kegiatan yang mereka lakukan. Contohnya karya Usamah Ibn Munqiedz yang berjudul
Al-I’tibar.
KESIMPULAN
Historiografi
berarti penulisan sejarah. Peneliti sejarah terlibat dalam penelitian, dan
lantas memberikan perspektif baru entah memperkuat atau menggugat perspektif
yang lama. Dengan demikian, hasil-hasil penelitian sejarah saling memperkuat
dan memperkaya ilmu pengetahuan.
Dalam
historiografi dikenal dua model penulisan, yaitu penulisan yang bersifat
deskriptif-naratif dan penulisan yang bersifat deskriptif-eksplanatif.
Fase-fase historiografi Indonesia :
· Historiografi
tradisional, yang berciri istana-setris.
· Historiografi
kolonial, yang berciri Eropa-sentris.
· Historiografi
nasional, yang berciri Indonesia-sentris.
· Historiografi
modern, yang bersifat kritis.
Bentuk-bentuk penulisan sejarah dalam Islam :
1. Khabar
2. Kronik
3. Biografi
4. Sejarah Umum
5. Seajarah Lokal
6. Sejarah Kontemporer dan Memoar
Seiring bergantinya zaman penulisan
sejarah mengalami perkembangan dalam penulisannya, tidak terkecuali
historiografi di Indonesia dan Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
5.
Ainur Rizqy , “ Kecenderungan Penulisan
Sejarah Islam”,
https://rizqyeducation.blogspot.co.id/2016/06/kecenderungan-penulisan-sejarah-islam.html
Hadits adalah
berita yang meliputi tingkah laku perbuatan, cara hidup dan ketetapan yaitu
persetujuan (dengan atau tanpa ucapan) Nabi atas tingkah laku perbuatan
sahabat-sahabat yang dikerjakan di depan maupun di belakang Nabi.