Minggu, 18 Desember 2016

SEJARAH PENULISAN SEJARAH ISLAM DAN INDONESIA



A.    SEJARAH PENULISAN SEJARAH INDONESIA
            Salah satu kritik sejarah yang paling sering terdengar mengenai penelitian sejarah Indonesia adalah tidak adanya suatu karya sejarah umum yang pantas mengenai Indonesia. Sesungguhnya ada sejumlah buku mengenai sebagai keseluruhan , tetapi sebagian besar diantaranya merupakan singakatan dai para sarjana Belanda dari masa sebelum perang atau hanya berupa buku – buku pelajaran yang sederhana untuk kepentingan sekolah dasar dan sekolah menengah.
Ini sebab utama mengapa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mensponsori proyek penulisan karya sejarah umum Indonesia sari masa prasejarah sampai kini. Proyek tersebut resminya telah selesai dengan terbitnya enam jilid Sejarah Nasional Indonesia. Hingga kini buku itu telah dicetak ulang sampai tiga kali, tetapi seperti telah disebutkan buku itu ternyata mengecewakan beberapa penulisnya. Penanggungjawabnya mencetak naskah – naskah yang belum rampung dan belum dikoreksi, tanpa sepengetahuan para penulisnya.
Penulisan sejarah Indonesia di mulai pada zaman Kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit (dalam bentuk babad, hikayat, kronik, dan tambo). Yang lazim disebut historiografi tradisional. Penulisan sejarah Indonesia berlanjut pada zaman kolonial, yang disebut historiografi kolonial, lalu pada masa pasca-kolonial, disebut juga historiografi modern atau biasa disebut histioriografi kritis atau historiografi ilmiah.
      Penulisan sejarah Indonesia ditandai dua hal :
·         Bersifat politis dan ideologis, kurang ilmiah. Kecuali pada karya sejarawan Husein Djajaningrat pada tahun 1913 berjudul Tinjauan Kritis Sejarah Banten.
·         Menunhukkan unsur kejayaan dan kebesaran dari struktur kekuasaan yang dominan.

Historiografi Indonesia Modern dimulai pada tanggal 14-18 Desember 1957. Pelopor sejarah ilmiah atau kritis adalah Sartono Kartodirjo, melalui majalah Lembaran Sejarah yang diterbitkan oleh Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Gajah Mada (UGM).

Tahap – tahap historiografi di Indonesia :

1.      Historiografi Tradisional
              Fase historiografi tradisional dimulai sejak zaman kerajaan – kerajaan Hindu-Belanda sampai masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia menurut Taufik Abdullah, pada fase historiografi tradisional, penulisan sejarah yang dilakukan lebih merupakan ekspresi budaya dan pantulan kepribadian social masyarakat atau kelompok social yang menghasilkannya daripada usaha untuk merekam peristiwa ,masa lalu. Jenis karya yang dapat dikategorikan historiografi tradisional adalah prasasti (pada masa Hindu-Budha), babad, dan  hikayat.

Ciri – ciri Historiografi Tradisional :

Ø  Istana sentris, artinya berpusat pada keinginan dan kepentingan raja.
Ø  Feodalis-aristokratis, artintya berpusat pada kehidupan kaum bangsa feudal, bukan kehidupan rakyat.
Ø  Subjektivitas tinggi, sebab penulis hanya mencatat peristiwa penting di kerajaan dan atas permintan sang raja.
Ø  Tujuannya melegitimasi dan melegalkan kekuasaan serta kedudukan raja.
Ø   
Ø  Banyak mengandung anakronisme dalam penyusunannya.
Ø  Umumnya penulisannya tidak disusun secara ilmiah, serta sering kali datanya bercampur – campur anatara unsur mitos dan realitas.
Ø  Sumber – sumber datanya sulit untuk ditelusuri, bahkan terkadang mustahil untuk dibuktikan dengan kata lain, fakta sejarahnya sulit dibuktikan.
Ø  Regip-sentris, banyak dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat tempat naskah itu ditulis
              Contoh Historiografi Tradisional :

·         Babad Tanah Pasundan
·         Babad Parahiangan
·         Babad Tanah Jawa
·         Pararaton
·         Nagarakertagama
·         Babad Galuh
·         Babad Sriwijaya
·         Babad Cirebon
·         Babad Banten
·         Babad Diponegoro
·         Babad Demak
·         Babad Aceh

2.      Historiografi Kolonial
           Historiografi tradisional adalah karya-karya sejarah (tulisan sejarah) yang dengan ciri khas Eropa-sentris atau Belanda-sentris. Karya-karya ini umumnya, ditulis pada saat pemerintahan kolonial, terutama Belanda dan Inggris ketika berkuasa di Indonesia, sejak zaman VOC (1600) sampai ketika pemerintah Hindia Belanda berakhir dan takluk kepada Jepang (1942). Penulisnya juga adalah orang-orang Belanda atau Eropa. Tidak semua karya sejarah pada masa ini digolongan sebagai hitoriografi kolonial.
Fokus utama historiografi kolonial adalah kehidupan warga Belanda di Indonesia di Hindia Belanda : aktivitas-aktivitas warga Belanda, pemerintah kolonial, pegawai kompeni, dan kegiatan para gubernur jendral dalam menjalankan tugasnya di Hindia Belanda. Kondisi rakyat yang terjajah tidak mendapat perhatian. Itu semua dilakukan  tidak lain demi tujuan politis-ideologis, dengan memberi pembenaran, melegitimasi penjajah serta melanggengkan eksistensi belanda di Indonesia.

Ciri-ciri Historiografi Kolonial :
·         Belanda Sentrisme artinya sejarah Indonesia di tulis dari sudut pandang kepentingan orang-orang Belanda yang sedang berkuasa di Nusantara Indonesia saat itu.
·         Eropasentrisme, artinya ditulis dari sudut pandang kepentingan orang Belanda, dan kepentingan bangsa Eropa pada umumnya.
·         Mitologisasi, artinya banyak kejadian yang tidak didasarkan pada kejadian yang sebenarnya.
Contoh karya historiografi kolonial yang paling populer adalah :
·         Geschiedenis van Indonesie (Sejarah Indonesia) karya H.J. de Graaf
·         Geschiedenis van de Indischen Archipel (Sejarah Nusantara) karya B.H.M. Vlekke
·         Schets eener economische Geschiedenis van Neterlands-Indie (Sejarah Ekonomi Hindia Belanda) karya G. Gonggrijp
·    History of Java (1817) karya Thomas S. Raffles (masa penjajahan Inggris).

3.      Historiografi Nasional

Historiografi nasional adalah penulisan sejarah Indonesia yang bersifat Indonesia-sentris. Sebagaimana dikemukakan oleh sejarawan Sartono Kartodirdjo, viisi dasar historiografi nasional adalah menempatkan rakyat Indonesia sebagai pemeran serta pelaku utama dari sejarah sendiri (history from within). Artinya, sejarah Indonesai ditulis berdasarkan pengalaman serta sudut pandang orang Indonesia sendiri, bukan berdasarkan pengalaman serta sudut pandang bangsa penjajah.
Secara ringkas, isi historiografi nasional ditandai beberapa hal sebagai berikut.
·         Banyak istilah dari bahasa Belanda diindonesiaka
·         Penulisan diarahkan untuk kepentingan bangsa Indonesia;
·         Orang Indonesia menjadi subjek sejarah, bukan lagi objek pelengkap atau penderitaan sebagaimana pada historiografi kolonial;
·         Karakteristik dan watak tokoh sengaja dipertukarkan dan diganti.
Kalau dalam historiografi kolonial para para tokoh Belanda adalah pahlawan, kalau dalam historiografi nasional mereka adalah penjahat dan tokoh Indonesia adalah pahlawan. Muhammad Yamin, berpendapat bahwa penulisan sejarah Indonesia dari perspektif nasionalisme diperlukan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Ia adalah penulis dari Gadjah Mada, Diponegoro, dan 6000 Tahun Sang Merah Putih. Historiografi nasional juga bersifat politis dan ideologis, yaitu mempertebal jiwa nasionalisme dan patriotisme di kalangan bangsa Indonesia.

Karya-karya lain yang dapat dikelompokan ke dalam Historiografi Nasional adalah sebagai berikut :
·         Biografi para pahlawan, seperti Teuku Umar, Imam Bonjol, dan Diponegoro.
·         Sejarah perlawanan terhadap para penjajah, seperti Perang Padri dan Perang Diponegoro
·         Biografi tokoh-tokoh pergerakan nasional, seperti Sutomo, Kartini, Abdul Rivai, dan Wahid Hasyim.
Umumnya Hitoriografi Nasional memiliki beberapa acuan :
·         sejarah sebagai suku banasa yang ada di Indonesia,
·         memanfaatkan berbagai sumber yang ada, baik sumber lisan, tulisan, maupun benda,
·         objek penelitian mengacu pada beberapa aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Ciri-ciri Historiografi Nasional :
·         Bersifat Indonesia sentrisme, penulisan sejarah di Indonesia diinterpretasikan sebagai sejarah nasional dan ditulis dari sudut kepentingan rakyat Indonesia.
·         Bersifat metodologis, artinya penulisan sejarah Indonesia menggunakan pendekatan ilmiah berdasarkan teknik penulisan ilmiah untuk ilmu sosial.
·         Bersifat kritis historis, berarti substansi penulisan sejarah Indonesia secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan

Contoh Historiografi Nasional :
·         Sejarah Perlawanan-Perlawanan terhadap Kolonialismedan Inperialisme (editor: Sartono Kartodirdjo)
·         Sejarah Nasional Indonesia, Jilid I sampai dengan VI (editor: Sartono Kartodirdjo).
·         Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, karya R. Moh. Ali.
·         Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid I sampai dengan XI, karya A.H. Nasution.

4.      Historiografi Modern

Historiografi modern adalah penulisan sejarah Indonesia yang bersifat kritis atau memenuhi kaidah-kaidah ilmiah. Banyak tulisan yang salah interpretasi dengan mendefinisikan historiografi modern sebagai penulisan sejarah Indonesia setelah Indonesia merdeka. Padahal, sebelum Indonesia merdekapun, kita memiliki karya sejarah yang sengat tepat yaitu historiografi modern. Contohnya Cristiche Beschouwing van de Sadjarah Banten (Tinjauan Kritis tentang Sejarah Benten) yang merupakan karya dari Dr. Hoesein Djajadiningrat (1886-1960).



Karakteristik utama Historiografi Modern ada 3 :
·         Pertama, upaya menuntut ketepatan metodologi dalam usaha untuk mendapatkan fakta sejarah secermat mungkin, mengadakan rekonstruksi sebaik mungkin, serta menerangkannya setepat mungkin sesuai kaidah-kaidah ilmiah.
·         Kedua, historiografi modern mengkritik historiografi nasional yang dianggap bertendensi “menghilangkan” peran unsur asing dalam proses membentuk keindonesiaan (dekolonialisasi sejarah).
·         Ketiga, historiografi modern juga memunculkan suatu terobosan baru, yaitu munculnya peranan-peranan rakyat kecil sebagai pelaku sejarah.

Contoh Historiografi Modern :
·         Indonesia Historiography, 2001
·         Modern Indonesia, Tradition and Transformation, 1984
·         Ratu Adil, 1984
·         Protest Movement in Rural Java, Oxford University, 1973
·         The Peasant Revolt of Banten in 1888

                                                                       
B.        SEJARAH PENULISAN SEJARAH ISLAM

            Dalam tradisi keilmuan Islam, ilmu sejarah dianggap sebagai ilmu-ilmu keagamaan ('ulum an-naqliyyah) karena pada awalnya terkait dengan ilmu Hadits[1]. Seperti diketahui, pada masa pra-Islam dan awal Islam bangsa Arab tidak mencatat sejarah mereka. Mereka menyimpan catatan itu dalam bentuk hafalan. Hal ini bukan karena mereka tidak mengenal tulisan, tetapi karena tradisi lisan (hafalan) lebih dihargai dan diutamakan dibanding tradisi tulisan. Sejarah awal bangsa Arab hanya berupa ungkapan mengenai berbagai peristiwa dan peperangan yang disimpan dalam bentuk ingatan kolektif dan ditransfer ke pihak lain melalui tradisi lisan.
            Untuk mengetahui secara mendalam informasi sejarah perjalanan dan warisan asli penduduk jazirah Arab pra Islam adalah dengan mengarahkan perhatian pada tradisi lisan, yang pertama disebut dengan al Ayyam, yang arti semantiknya adalah hari-hari penting, yaitu hari-hari dimana telah terjadi peperangan/konflik antar kabilah karena perebutan sumber air, padang rumput dan perselisihan mencapai kepemimpinan. Kedua disebut dengan al Ansab, jamak dari nasab artinya silsilah, yaitu pengetahuan yang harus dihapal oleh setiap kabilah tentang asal usul dan anggota keluarganya agar tetap murni, karena nasab adalah yang dibanggakan terhadap kabilah-kabilah lain. Kedua hal itulah yang memungkinkan sejarawan mengetahui masa itu tentang Arab pra Islam meskipun tidak seluruhnya menggambarkan kenyataan dan berita itu bertolak dari realitas.
            Historiografi awal Islam pada hakikatnya merupakan historiografi Arab yang berkembang dalam periode sejak Islam pertama kali disampaikan Nabi Muhammad SAW. sampai abad ke-3 H, ketika historiografi Islam awal mengambil bentuk relatif mapan. Perkembangan historiografi Islam awal tidak bisa dipisahkan dari perkembangan ajaran Islam maupun komunitas muslim itu sendiri.
            Tradisi Arab sebelum Islam telah menekankan unsur fakta yang konkrid dalam sejarah, terlepas dari lingkungannya dan sedapat mungkin tidak mengalami perubahan oleh proses berfikir manusia. Kebenaran sejarah, sebagai mana kebenaran agama telah dianggap terjamin oleh sifat jujur dari sejumlah orang yang menyampaikan suatu informasi secara berantai sehingga mereka disebut “rangkaian pemberi kabar” atau isnad.



1. Khabar
Yaitu, bentuk historiografi yang paling tua yang langsung berhubungan dengan cerita perang dengan uraian yang baik dan sempurna di tulis dalam bebebrapa halaman saja. Ciri khas Khabar yaitu:
a.       Tidak terdapat hubungan sebab-akibat di antara dua atau lebih peristiwa-peristiwa.
b.      Khabar sudah ada sebelum Islam jadi berupa cerita perang dengan bentuk cerita pendek yang disajikan dalam bentuk dialog yang meringankan ahli sejarah.
c.       Bentuk khabar lebih banyak merupakan gambaran yang beraneka ragam.
Contoh beberapa karya sejarah yang menggunakan bentuk khabar:
a.       Ali Ibn Muhammad al-Madani (wafat tahun 831). monograf yang berhasil ditemukan adalah al-Murdifat min Quraysy (wanita Quraisy yang bayak suami)
b.      Abu Mihnaf Luth ibn Yahya (wafat tahun 774)
c.       Al-Haitsam ibn Adi (wafat tahun 821) dan Ibn Habib. karyanya merupakan kumpulan monograf dalam bentuk khabar atau nasab.
2. Kronik
Penyusunan sejarah berdasarkan urutan penguasa dan tahun-tahun kejadian. Kronik ini bisa ditambah dengan hal-hal baru dalam bentuk suplemen yang lazim disebut dyal atau ekor.
Contoh karya sejarah (kronik) tertua:
a.       Karya Khalifah ibn. Khayyat, dalam bahasa Arab, ditulis sampai tahun 847 kira-kira delapan tahun sebelum penulisnya meninggal. Ia memulai uraiannya mengenai arti tarikh dan uraian singkat mengenai sejarah Muhammad pada permulaan hayatnya.
b.      Ya’kub ibn. Sufyan (wafat tahun 891). Kitab sejarahnya ditulis pada pertengahan kedua abad ke-9. Ditulis menurut urutan tahun ditambah beberapa kutipan-kutipan.
c.       Ibn Abi Haithamah (wafat tahun 893). Juga menunjukkan fasal-fasal dengan urutan tahun walaupun terbatas bila dibandingkan dengan karya lainnya secara keseluruhan.
d.      Ibn Jarier al-Tabari (923), karya standar terdiri beberapa jilid mengenai historiografi kronik ialah Tarikh al-Uman wa al-Muluk. Uraian-uraian itu meliputi sejarah nabi di Mekkah, istri-istri Rasulullah, orang-orang murtad,biografi Abu Bakar, dsb. Tulisan yang lain adalah Adab al Manasik, Adab al-Nufus, Iktilaf ulama al-Amshar, Tahdzib Atsar, Jami al-Bayan al ta’wil Ayl al-Quran, al Jami’ fi al Qiraat, Zail al Zall al Muzayyal dll. Tulisannya banyak mempengaruhi arah penulisan selanjutnya.
3. Biografi
Biografi disusun dalam kelompok yang lazim disebut “tabaqah”. Karya ini mencakup sejarah hidup orang-orang besar, tokoh-tokoh terkemuka serta orang-orang penting yang telah meninggal dalam waktu yang kira-kira sama.
Di dalam masyarakat Islam ada beberapa faktor mengapa biografi menjadi dominan:
a.       Biografi Nabi Muhammad SAW merupakan sumber utama bagi pembangunan masyarakat Islam.
b.      Meriwayatkan kehidupan Nabi Muhammad SAW secara terinci tergantung kepada para perawi secara individual, isinya dapat ditolak ataupun diterima tergantung kepada data kehidupan perawi itu sendiri.
c.       Perjuangan didalam menegakkan Islam sebagian besar ditunjukkan oleh keunggulan pribadi-pribadi pemimpinnya, yang telah sangat berjasa di dalam perjuangan itu.
Sejak abad ke-10, penyusunan biografi menurut abjad merupakan cara yang diutamakan.
Beberapa karya biografi:
a.       al-Dzahabi dalam kitabnya Tarikh al-Islam wa thabaqat masyahir al a’lam sanggup menunjukkan tanggal lahir tiap-tiap tahun bagi nama-nama yang dicantumkannya di di dalam kitabnya.
b.      Khatib al-Baghdadi dalam kitab Tarikh Baghdad, tanggal kelahiran dan kematian disebutkan masing-masing di dalam permulaan penulisan biografi.
c.       Yaqut (1229), berjudul Irshad al-arib ila ma’rifat al-adib.
d.      Abi Usaybiah (1270), tulisannya berjudul Ujun al-anba fi tabagat al-atibba
e.       Ibn Khallikan (1282), biografi tokoh-tokoh terkemuka berjudul wafayat al-A’yan.
4. Sejarah Umum
Pada akhir abad ke-9, sejarah politik dikaitkan dengan sejarah pemikiran, dan mulai membicarakan berbagai gejala penting dari peradaban-peradaban yang pernah dikenal, diantaranya:
a.       Karya sejarah al-Yaqubi, berjudul Tarikh al-Yaqubi yang disebarkan oleh Goutsma di Leiden tahun 1883 terdiri dari dua jilid.
b.      Al-Mas’udi menulis tentang Muruj az-Zahab yang masih berpengaruh terhadap karya-karya selanjutnya.
c.       Karya Muhammad Ibn Jarir al-Thabari, berjudul Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Berisi uraian sejarah mengenai agama, hukum dan kejadian politik lainnya.
d.      Miskawiyah dengan karyanya Tajarib al-Umam. Berisi uraian mengenai sejarah Persia Kuno, dan riwayat kerajaan Romawi dan Turki.
e.       Rashid ad-Din Fadlalh (1318) dari Asia Tengah, karyanya mengenai Sejarah Umum (Jami’at-tawarikh), ditulis dalam bahasa Persia dan merupakan karya asli pertama sejarah universal Islam.
5.    Sejarah Lokal
Penulisan sejarah local dalam Islam pada permulaanya ialah dengan menonjolkan pertimbangan-pertimbangan keagamaan. Penempatan sejarah pada setiap saat selalu merupakan kesenangan bagi sesuatu kelompok dalam mengekpresikan literatur yang disenanginya. Kuatnya daya ikatan manusia dengan tempat dimana dia di lahirkan dijelmakan oleh kelompok penduduk yang tinggal di wilayah Islam. Menurut asal mulanya ada dua macam yang harus dibedakan tentang penulisan sejarah regional dan local, yaitu historiografi local sekuler dan historiografi local teologis.
a.      Historiografi local sekuler di dalam Islam memuat peristiwa-peristiwa sebelum Islam. Tradisi historiografi local sekuler di Mesir dilanjutkan oleh penulis-penulis seperti al-Musabbihi dan ibn Muyassar. Dengan pendekatan abad kelima belas Masehi, tradisi historiografi local sekuler di Mesir mengarah pada komposisi karya –karya referensi yang menyajikan kekayaan informasi mengenai topografi, kebudayaan, sejarah dan ekonomi.
Keistimewaan historigrafi local adalah untuk menyatakan keperluan dan aspirasi tertentu dari suatu lingkungan yang lebih banyak dituntut oleh dunia Islam daripada Arabia. Penekanan historiografi local sekuler yaitu sebagai sejarah politik dan sejarah para pejabat resmi di wilayah tertentu.
b.      Historiografi local teologi, tidak mementingkan tanggal dan biografi. Bentuk historiografi ini berkembang di luar kebutuhan untuk mencegah masuknya hadis-hadis palsu dengan menetapkan kedudukan para perawi.
            Terdapat kekhususan pada historiografi local teologis, yaitu mereka yang tidak dilahirkan di Mesir tetapi untuk beberapa waktu tertentu tinggal disana.

6.       Sejarah Kontemporer dan Memoar
      Semua historiografi kontemporer tidak berbeda dalam bentuk dan isinya dengan sejarah umum. Dimana penulis mempergunakan sejarah masa lalu sebagai latar belakang masa sekarang. Sedangkan dasar penulisan memoir sendiri adalah catatan dan catatan harian. Banyaknya orang-orang Islam menduduki kedudukan penting dalam masyarakat, menyebabkan mereka membiasakan diri mencatat tiap kegiatan  yang mereka lakukan. Contohnya  karya Usamah Ibn Munqiedz yang berjudul Al-I’tibar.
KESIMPULAN

            Historiografi berarti penulisan sejarah. Peneliti sejarah terlibat dalam penelitian, dan lantas memberikan perspektif baru entah memperkuat atau menggugat perspektif yang lama. Dengan demikian, hasil-hasil penelitian sejarah saling memperkuat dan memperkaya ilmu pengetahuan.
            Dalam historiografi dikenal dua model penulisan, yaitu penulisan yang bersifat deskriptif-naratif dan penulisan yang bersifat deskriptif-eksplanatif.
Fase-fase historiografi Indonesia :
·         Historiografi tradisional, yang berciri istana-setris.
·         Historiografi kolonial, yang berciri Eropa-sentris.
·         Historiografi nasional, yang berciri Indonesia-sentris.
·         Historiografi modern, yang bersifat kritis.
Bentuk-bentuk penulisan sejarah dalam Islam :
1.      Khabar
2.      Kronik
3.      Biografi
4.      Sejarah Umum
5.      Seajarah Lokal
6.      Sejarah Kontemporer dan Memoar

Seiring bergantinya zaman penulisan sejarah mengalami perkembangan dalam penulisannya, tidak terkecuali historiografi di Indonesia dan Islam.



DAFTAR PUSTAKA




1.                  Dr. Taufik Abdullah dan Drs. Abdurrachnan Surjomiharjo, Ilmu Sejarah & Historiografi Arah dan Prespektif, (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), hal.31.
2.                  Drs. H.A Muin Umar, Historiografi Islam, (Jakarta: CV. Rajawali, 1988)
3.                  Rafa Azki Wibowo, “Historiografi”, http://rafazky.blogspot.co.id/2014/12/historiografi_ 3.htm, 6 November 2016 pukul 20.05
4.                  Fauzi, “perkembangan historiografi Islam”, http://fauzihistory.blogspot.co.id/2009/06/perkembangan-historiografi-islam.html
5.                  Ainur Rizqy , “ Kecenderungan Penulisan Sejarah Islam”, https://rizqyeducation.blogspot.co.id/2016/06/kecenderungan-penulisan-sejarah-islam.html


[1] Hadits adalah berita yang meliputi tingkah laku perbuatan, cara hidup dan ketetapan yaitu persetujuan (dengan atau tanpa ucapan) Nabi atas tingkah laku perbuatan sahabat-sahabat yang dikerjakan di depan maupun di belakang Nabi.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar