PENGERTIAN SILOGISME
Salah satu warisan Aristoteles dalam
pemikirannya di bidang logika adalah silogisme, yakni sebuah argumen yang
terdiri dari tiga proposisi, yakni premis mayor, premis minor dan kesimpulan.[1]
Menurut Aristoteles, semua kesimpulan deduktif manakala dikemukakan dengan
cermat dan bersifat silogistik. Karena itu,dengan memaparkan silogisme dengan
benar dan sah, disertai argumen berbentuk silogistik, maka akan menghindarkan
kesalahan dalam pemikiran. Silogisme dapat dikatakan sebagai cara berpikir
logis, yang dapat digambarkan dengan berbagai cara. Selain Aritoteles ada
beberapa pendapat yang mengemukakan pengertian dari silogisme,antara lain:
1. Menurut Wikipedia, Silogisme adalah suatu proses
penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). [2]
2. Menurut Poespoprodjo
(1989;154), Silogisme adalah proses logis yang terdiri dari tiga bagian. Dua
bagian pertama merupakan premis-premis atau pangkal tolak penalaran silogistik.
Sedangkan bagian ketiga merupakan perumusan hubungan yang terdapat antara kedua
bagian pertama melalui pertolongan term penengah (M). bagian ketiga ini disebut
juga kesimpulan yang berupa pengetahuan baru (konsekuens). Proses menarik suatu
kesimpulan dari premis-premis tersebut disebut penyimpulan.
Suatu premis adalah suatu pernyataan
yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga pernyataan tadi menegaskan atau
menolak bahwa sesuatu itu benar atau tidak benar. Suatu premis dapat mengatakan
suatu fakta, suatu generalisasi, atau sekedar suatu asumsi atau sesuatu yang
spesifik. Silogisme terdiri dari tiga bagian yaitu; Term minor (term subjek),
Term mayor (term predikat) dan Terminus
Medius (Term perantara /Middle term) .
Dari beberapa pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa silogisme adalah proses penggabungan tiga proposisi yaitu
premis mayor, premis minor dan kesimpulan, yang mana dua proposisi menjadi
dasar penyimpulan, satu menjadi kesimpulan.[3]
2.2 JENIS-JENIS
SILOGISME
Berdasarkan bentuknya,
silogisme terdiri dari;
- Silogisme Kategorik
Silogisme
adalah proses penggabungan tiga proposisi, dua menjadi dasar penyimpulan, satu
menjadi kesimpulan . Silogisme kategoris
yang saling berkaitan, dua menjadi dasar penyimpulan (premis), satu
menjadi kesimpulan yang ditarik (konklusi). [4]
Seluruh argumen
mengandung tiga proposisi, yakni sebagai berikut:
1.
Pengertian yang menjadi
subjek (S) kesimpulan disebut term minor.
2.
Pengertian yang menjadi
predikat (P) kesimpulan disebut term mayor .
3.
Pengertian yang tidak
terdapat dalam kesimpulan, tetapi terdapat dalam kedua premis disebut term
antara/pembanding (M)
Contoh:
Semua
tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
Berarti polanya adalah : M
P
S
M
S
P
Semua
binatang akan mati.
Burung
adalah binatang
Jadi,
Burung akan mati
Hukum-hukum
Silogisme Katagorik.
- Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua
yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian
makanan tidak menyehatkan (minor).
∴ Sebagian
makanan tidak halal dimakan (konklusi).
- Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Sebagian
pejabat korupsi (minor).
∴ Sebagian
pejabat tidak disenangi (konklusi).
- Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Bambang
adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut
tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya
bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
- Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kedua premis tersebut
tidak mempunyai kesimpulan
- Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
- Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
∴ Kambing bukan
binatang ?
Binatang pada konklusi
merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
- Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan
itu bersinar di langit.(mayor)
∴ Januari
bersinar dilangit?
- Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing
adalah binatang.(premis 1)
Domba
adalah binatang.(premis 2)
Beringin
adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo
adalah tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut
tidak dapat diturunkan kesimpulannya
SILOGISME
HIPOTETIK
Silogisme
hipotetik( bersyarat)Adalah argument yang premis mayornya berupa proposisi
hipotetik sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik yang menetapkan
atau mengingkari term antecedent atau term konsekuen premis mayornya .
Sebenarnya silogisme hipotetiktidk memiliki premis mayor maupun primis minor
karena kita ketahui premis mayor itu mengandung terem predikat pada konklusi ,
sedangkan primis minor itu mengandung term subyek pada konklusi .
Pada
silogisme hipotetik term konklusi adalah term yang kesemuanya dikandung oleh
premis mayornya, mungkin bagian antecedent dan mungkin pula bagian
konsekuensinya tergantung oleh bagian yang diakui atau di pungkiri oleh premis
minornya. Kita menggunakan istilah itu secara analog, karena premis pertama
mengandung permasalahan yang lebuh umum, maka kita sebut primis mayor , bukan
karena ia mengandung term mayor. Kita menggunakan premis minor, bukan karena ia
mengandung term minor, tetapi lantaran memuat pernyataan yang lebih khusus[5]
- Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Sekarang
hujan.(minor)
∴ Saya naik becak
(konklusi).
Pembahasan :
p = hujan
q = saya naik becak
premis
1 : p →q
premis
2 : q
(
modus tolens)
___________________
Kesimpulan : p
- Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Sekarang bumi telah basah (minor).
∴ Hujan telah
turun (konklusi)
- Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
∴ Kegelisahan
tidak akan timbul.
- Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak
penguasa tidak gelisah.
∴ Mahasiswa tidak
turun ke jalanan.
Pembahasan :
p = mahasiswa turun ke jalan
q = pihak penguasa akan gelisah
p →q
~q
(
modus tolens)
\~p
Hukum-hukum
Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih
mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan
kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum
silogisme hipotetik adalah:
- Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
- Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
- Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
- Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
SILOGISME
ALTERNATIF
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah
satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.[6]
Contoh:
∴ Jadi, Nenek
Sumi tidak berada di Bogor.
SILOGISME
DISJUNGTIF
Silogisme
disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan
disyungtif( bersifat memisahkan/membedakan ) sedangkan premis minornya bersifat
kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut
oleh premis mayor[7].
Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah
secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
- Silogisme disyungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif
dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh:
Heri
jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata
Heri berbohong.(premis2)
∴ Ia tidak jujur
(konklusi).
- Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disyungtif
dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif. Contoh:
Ternyata
tidak di rumah.(premis2)
∴ Hasan di pasar
(konklusi).
Hukum-hukum Silogisme
Disjungtif
- Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Hasan
berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata
Hasan berbaju putih.
∴ Hasan bukan
tidak berbaju putih.
- Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah
- Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
Budi
menjadi guru atau pelaut.
Budi
adalah guru.
∴ Maka Budi bukan
pelaut.
- Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Ternyata tidak lari ke
Yogyakarta
∴ Dia lari ke
Solo?
Konklusi yang salah
karena bisa jadi dia lari ke kota lain.
SILOGISME
KONJUNGTIF
Silogisme Konjungtif adalah
silogisme yang premis mayornya berbentuk suatu proporsi konjungtif. Silogisme
konjungtif hanya mempunyai sebuah corak, yakni: akuilah satu bagian di premis
minor, dan tolaklah yang lain di kesimpulan .[8]
Misalnya :
o Tidak
ada orang yang membaca dan tidur dalam waktu yang bersamaan .
o Sartono
tidur .
o Maka
ia tidak membaca
Pembahasan :
~p Ù
q
q____
\~p
Nb.
Silogisme konjungtif dapat di kembalikan ke bentuk silogisme kondisional,
Misalnya ;
·
Andaikata Sartono
tidur, ia tidak membaca.
·
Sartono tidur
·
Maka ia tidak membaca.
[1] Indah Sari,”belajardaripengalamansilogisme”, http://indahsarikastriandana55.blogspot.co.id/2013/12/silogisme_12.html.
[2]
“Silogisme”,https://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
[4]Surajiyo,
SugengAstantodansriandiani,Dasar-DasarLogika(Jakarta:Bumi Aksara,2006),hlm.67
[5] Ibid. Mundari.,
130
[6]SeptiaWahyu,” konversi ,observasidansilogisme”, http//teawahuardhani.blogspot.com/2013/05/konversi-observasi-dan-silogisme.html
[7]Vloemans, Regis
Jolivet danHutabarat, Logika(Jakarta:Erlangga,1999), hlm.93
Tidak ada komentar:
Posting Komentar