Smt/Jurusan/Kelas : I/SKI/C
Mata Pelajaran : Logika
Dosen :
Fatiyah, S.Hum., M.A
Buku :
Logika
Penerbit :
Erlangga
Penulis :
Dr.A.Vloemans, Regis Jolivet, A.B Hutabarat
BAB
I BAHASA DAN LOGIKA
1.
Fungsi Logika
Logika dapat diartikan sebagai ilmu
berpikir yang tepat atau lurus, logika pada hakikatnya dapat pula di sebut ilmu
teknik berpikir.sebagai ilmu berpikir yang tepat, maka tujuannya ialah untuk
memperjelas isi (komprehensi) serta luas (ekstensi) dari suatu pengertian atau
term dengan mempergunakan definisi yang tajam.
Makna logika baru ada bilamana
mengungkapkan sesuatu tentang sesuatu baik secara lisan maupun tertulis. Dengan
demikian, logika slalu ada hubungan dengan penggunaan kata-kata atau bahasa.
2.
Ketepatan Berpikir
Hal yang tepat dan keliru
kedua-duanya menurut tata bahasa bias tersusun secara gramatikal atau tidak
gramatikal. Jadi, cirri dari keputusan yang tepat tidak kelihatan dari susunan
atau bentuknya, tetapi bisa di dapat dari isi dari keputusan. Kemudian
pembahasannya sebagai berikut keputusan tepat itu adalah bila tidak kontradiksi
dengan pengertian yang bersangkutan, dan tidak bertentangan dengan pengalaman.
3.
Penandasan dan Pemungkiran
Keputusan adalah pernyataan
“sesuatu” tentang “sesuatu”, sehingga sifat keputusan pada hakikatnya adalah
menandaskan (positif) / memungkiri (negatif). Contoh penandasan “ daun itu
berwarna coklat” dan pemungkiran “Ia tidak Pandai”.
4.
Bahasa dan Berpikir
Bahasa bukan saja merupakan bentuk
dari isi pemikiran tetapi juga merupakan alat atau instrument dari proses
berpikir. Pemikiran menentukan ekpresinya, yaitu dengan memilih bentuk
bahasanya, tetapi bahasa sendiri adalah sesuatu yang organis, yang tumbuh, dan
kemudian menghasilkan perkembangan berpikir, sehingga sekaligus juga mempunyai
pengaruh atas struktur pemikiran.
BAB
II PRINSIP-PRINSIP PEMIKIRAN
5.
Corak (modalitas) Keputusan
Kenyakinan mutlak menjadi corak atau
modalitas yang paling lazim dalm keputusan, karena, sekalipun ada keragu-raguan,
kenyakinan mutlak itu setidak-tidaknya ditujukan kepada hal yang di ragukan.
Modalitas menurut sifata keadaanya :
keputusan dapat menghasilkan keyakinan, bahwa sesuatu ada kemungkinannya,
mustahil, mutlak, atau hanya nyata saja.
6.
Derajat atau Gradasi Kepastian
Dalam hal-hal yang konkrit keputusan
tak dapt menguasai kepastian mutlak, dalam hal-hal yang abstrak dapat. Akan
tetapi, dalam hal yang abstrak kepastian tergantung pada kepastian aksiomanya,
pada jangkauan kekuatan definisinya-serta pada keputusan apakah aksioma itu di
terima atau tidak. Ciri keputusan berupa keyakinan batin tentang kepastian,
tanpa kenyakinan batin tentang kepastian, tidak mungkin terdapat pemikiran
logis dalam arti sebenarnya.
7.
Bidang-bidang yang Nyata Ada
Bilamana kita dengan mempergunakan
istilah “kenyataan” hendak mencakupkan semua hal yang ada, harus diadakannya
perbedaan, yaitu :
Pertama,
ada kenyataan dari pikiran murni, yakni suatu kenyataan ideal belaka. Kedua, di
kutup ujung lainnya terdapat kenyataan yang konkrit, yang terbagi pula dalam
dua bidang yaitu, pertama ialah dunia luar yang dapat diobservasi, yang di
sebut dunia keberadaan dan kedua
dunia kenyataan perasaan, pengalaman, dan kemauan yang hanya dialami dalam hati
sanubari, yang kita sebut dunia psikis.
8.
Prinsip-prinsip Realitas dan
Prinsip-prinsip Pemikiran
Logiaka harus menyesuaikan prinsip-prinsip
pemikiran dengan prinsip-prinsip
realitas.
a) Setiap
benda/sesuatu adalah identik dengan dirinya sendiri
b) Meng
“ya”kan (menandaskan) dan memungkiri hanya satu keputusan dan tak mungkin
kedua-duanya benar
c) Meng
“ya”kan dan memungkiri tidak mungkin kedua-duanya tidak benar
9.
Makna Prinsip-prinsip Pemikiran
Prinsip dapat disebut dasar-dasar
pokok berpikir logis karena menjadi landasan dari semua aktivitas berpikir yang
ditunjukan pada kenyataan yang konkrit dan memungkinkan berpikir logis dalam
arti kata itu. Dalam logika secara spontan atau otomatis prinsip-prinsip
berpikir diterapkan secara minimal, yang lazim di sebut sebagai “akal
sehat”.sesungguhnya orang tidak dapat berpikir tanpa menerapkan prinsip itu,
sekalipun tidak sadar.
10.
Mutlak dan Mencukupi
Hubungan antara keduanya yaitu:
a) Alasan
yang di pergunakan adalah mutlak
b) Alasan
memang mencukupi untuk menjelaskan, tidak kurang dan tidak lebih. Teknisnya
dalam bahasa latin di sebut “principium rationis sufficientis”.
11.
Dilemma
Bilamana sesuatu penyimpulan adalah
tepat, tetapi ternyata todak sanggup utul mematahkan sesuatu jalan pemikiran
lain yang juga secara logis-metodis tepat, maka dikatakan adanya dilemma. Adanya
dilemma yang terjadi karena pengertian tentang sesuatu belum sempurna
sebagaimana dalam contoh cahaya, tetapi ada juga yang di sebabkan faktor-faktor
lain.
BAB
III KEPUTUSAN DAN TERM
12.
Term Sebagai Unsur Keputusan
Keputusan dirumuskan sebagai satu
kalimat yang mempunyai tafsiran, bilamana menunjukkan “sesuatu” tentang
“sesuatu”. Dengan demikian , hal-hal “sesuatu” ini merupakan unsur-unsur dari
keputusan dan unsure-unsur ini kita sebutkan secara lebih konkrit term sehingga keputusan menjadi hubungan
atau mata-rantai dari term-term .
13.
Penghubungan Term-Term menjadi Keputusan
Keputusan adalah penghubungan antara
term-term sedemikian rupa, sehingga terwujud satu kalimat yang mengandung
tafsiran, satu dan lain dengan pengertian,
bahwa isi term-term harus berbeda satu sama lain.
14.
Sifat-sifat Term
Term selau bersifat abstrak : tak
dapat di tunjuk dan hanya dapat dirumuskan bilaman hendak dikenal balik. Isi
dari suatu term bernbanding balik dengan luas term tersebut. Semakin umum sifat
suatu term, semakin lebih abstrak; term yang paling bersifat particular adalah
term yang paling konkrit.
15.
Antarhubungan dari Term-term
Term-term adalah mirip satu sama lain, apabila sebagian
isinya bersamaan: term itu sinonim, apabila isi seuruhnya bersamaan dan munutup
masing-masing satu sama lain. Term itu berlawanan
apabila satu sama lain (baik-buruk),(indah-jelek), apabila yang satu merupakan
pola ujung dari yang lainnya.
BAB
IV PENYIMPULAN
16.
Sumber-sumber Kesimpulan
Kebenaran suatu kesimpulan dapat
ditegakkan di atas beberapa landasan dan mungkin pula didasarkan atas suatu
kesimpulan lain.[ada hakikatnya terdapat bukan saja kesimpulan , melainkan juga
suatu kesimpulan dari premis-premis yang dapt diutarakan sebagai berikut:
Semua orang harus mati
Saudara S adalah orang
Oleh sebab itu, saudara S harus
mati juga
Dari
contoh di atas nyata kiranya, bahwa suatu kesimpulan merupakan hasil sintetis.
17.
Evidensi, Deduksi, Induksi
Evidensi merupakan cirri pokok dan
mutlak dari kebenaran. Fungsi evidensi lebih mendasar dari induksi dan deduksi,
karena tugas mencari kebenaran dari induksi dan deduksi turut dijamin oleh
evidensi.
Deduksi adalah aktivitas berpikir
yang murni. Bilamana terdapat dua titik, maka pemikiran dengan mempergunakan
alat-alat sendiri dapat menentukan titik ketiga.deduksi dapat dirumuskan : apa
yang ternyata benar untuk kelompoknya, selaku himpunan dari anggota-anggota,
berlaku untuk setiap anggota masing-masing serta dengan nilai kebenaran yang
sama dari kebenaran umum yang dipergunakan sebagai titik-tolak.
Induksi mengandung kesulitan yang
pada hakikatnya dapat diatasi. Secara logis kita dapat merumuskan induksi sebagai berikut: apa yang benar dan
berlaku untuk anggota masing-masing, berlaku sebagai kebenaran untuk seluruh kelompok
anggota-anggota itu.
18.
Analisis Penyimpulan
Penjernihan pikiran dapat dicapai
melalui analisis penyimpulan. Silogisme membedah, menganalisis dan menonjolkan
unsure-unsur penyimpulan dan dalam hal yang elemeterhal yang keliru lebih jelas
kelihatan dari pada didalam hal yang kompleks.
19.
Pelbagai Hubungan antara “sesuatu” dan
“sesuatu”
Saudara S adalah orang baik
Orang baik adalah orang yang
simpatik
Oleh sebab itu, saudara S adalah
orang yang simpatik
Di rumuskan :
A~B
B~C
A~C
Bunga mawar itu merah
Merah adalah warna
Oleh sebab itu, bungan mawar
mempunyai warna
Di rumuskan :
A-B
B~C
A-C
20.
Pembuktian
Dalam matematika pembuktian
didasarkan atas hubungan kesamaan yang mutlak (=sama dengan) sedangkan kesamaan
serupa itu dalam logika tidak ada. Sifat pembuktian dalam logika dengan
sendirinya dan mutlak berlainan sifatnya. Pembuktian dalam logika dilakukan
dengan beberapa cara yang berlainan :pertama induksi atau deduksi, sesuai
dengan argument-argumennya
21.
Syarat-syarat untuk Menarik Kesimpulan
a) Setidaknya
memiliki dua premis antesedens serta premis kesimpulan
b) Siogisme
sah memiliki tiga teerm yaitu, subjek, predikat, term anatara (tengah)
c) Setidaknya
salah satu dari dua premis bersifat menandaskan sedang satunya boleh
pemungkiran
22.
Kekeliruan-kekeliruan Cara Berpikir
a) Petitio
principia
b) Lingkaran
setan (circulus vitiosus)
c) Substitusi
istilah-istilah
d) Metabasis
eis allo genos (peralihan kepada bidang lain)
e) Loncatan
dari analogi ke identitas
23.
Contoh-contoh Penyimpulan yang Keliru
a) Semua
kayu terapung di atas permukaan air (keliru)
Bambu adalah kayu
Jadi, bambu terapung di atas
permukaan air (benar)
b) Semua
biji kentang bentuknya bulat (keliru)
Lembu adalah kentang (keliru)
Jadi, lembu bentuknya bulat
(keliru)
BAB
V SISTEMATIKA
24.
Unsur-unsur Penyimpulan (penalaran)
Unsureberla-unsur aktivitas berpikir
atau logika :
i.
Pengertian (term) sebagai produk dari
aktivitas menangkap “sesuatu” secara rohaniah.
ii.
Keputusan, meletakkan hubungan antara
setidak-tidaknya dua pengertian (term) secara positif/negative
iii.
Penyimpulan, yaitu menciptakan keputusan
baru dari dua atau lebih kesimpulan yang telah ada.
25.
Pengertian (term)
i.
Berlawanan, apabila satu pengecualian
yang lainnya, tanpa adanya kemungkinan penengah antara kedua pengertian.
ii.
Bertentangan, apabila
pengertian-pengertian merupakan pola ujung satu sama lain, tetapi sedemikian
rupa, sehingga ada kemungkinan pengertian penengah daiantaranya.
26.
Definisi Keputusan
Keputusan adalah suatu aktivitas
rohaniah, dimana kal menandaskan atau memungkiri sesuatu tentang sesuatu yang
lain.keputusan mutlak memiliki tiga unsur:
i.
Pokok kalimat
ii.
Predikat/penyebut
iii.
Hal yang ditandaskan atau dipungkiri
27.
Definisi proposisi
Proposisi adalah pernyataan dari
keputusan dalam kata-kata.proposisi terdiri dari dua term, yaitu :
a) Pokok
kalimat dan predikat
b) Kata-kerja
penghubung
28.
Pembedaan Pengertian
Isi dari suatu pengertian berbanding
terbalik dengan ekstensi. Pengertian yang singular sama nilainya dengan yang
universal sekalipun terbatas pada satu individu, karena ekstensinya bersamaan.
29.
Kontradiksi dalam Proposisi
Proposisi yang memiliki kontradiksi
baik kualitas maupun kuantitas di bagi menjad empat yaitu:
a. Kontradiktoris
adalah dua proposisi yang berbeda, baik menurut kualitas maupun kuantitas
b. Bertentangan
adalah dua proposisi umum, yang menurut kualitas berbeda satu sama lain
c. Subkrontatis
adalah dua proposisi particular yang berbeda satu sama lain karena kualitasnya
d. Subaltern
adalah dua proposisi yang hanya karena kuantitasnya berbeda satu sama lain
30.
Pemutarbalikan Proposisi
Proposisi yang timbul sebagai hasil
dari pemutarbalikan tak boleh menandaskan atau memungkiri lebih dari proposisi
yang diputarbalikkan. Oleh karena itu, kedua termnya harus meliputi ekstensi
yang bersamaan.
31.
Definisi Penyimpulan dan Pembuktian
Penyimpulan adalah suatu aktivitas,
dengan mana akal atau rohaniah manusia menciptakan hubungan baru dari adanya
dua atau lebih antar hubungan yang di ketahui, dimana hubungan baru itu secara
logis teremasuk dalam hubungan yang telah di ketahui.sedangkan pembuktian
adalah penyimpulan yang dikemukakan dengan kata-kata.
32.
Pembedaan Penyimpulan
a. Penyimpulan
induksi
Ialah proses pemikiran yang
bertitik tolak dari suatu kebenaran umum dan beralih kepada kebenaran yang
singular atau khusus.
b. Penyimpulan
induksi
Ialah proses pemikiran yang beralih
dari beberapa kebenaran yang singular kepada sesuatu kebenaran umum.
33.
Hakikat Silogisme
Silogisme adalah penyimpulan dari
dua premis dengan premis ketiga, kemudian menarik kesimpulan, dengan
menggabungkan kedua premis.
Misalnya
: Budi bahasa disukai (premis 1)
Cinta kasih adalah budi bahasa
(premis 2)
Jaadi, cinta kasih adalah disukai
(kesimpulan)
34.
Prinsip-prinsip Pokok Silogisme
a. Dua
benda/sesuatu yang sama dengan yang ketiga, adalah sama pula satu sama lain.
Jika tidak sama maka tidak samapula dengan yang lain.
b. Segala
sesuatu yang secara umum ditandaskan atau di pungkiri maka mak harus pula sama
ditandaskan/dipungkiri tentang segala hal yang diliputi oleh pokok kalimat.
35.
Dalil-dalil Silogisme
a. Silogisme
hanya diperbolehkan mempunyai tiga term(premis)
b. Dari
dua premis negative tak dapat ditarik kesimpulan apapun
c. Dari
dua premis particular tak mungkin ditarik kesimpulan
36.
Corak-corak Silogisme
i.
Term tengah menjadi pokok kalimat dalam
premis mayor dan predikat dalam premis minor
ii.
Term tengah menjadi predikat adlam kedua
premis
iii.
Term tengah menjadi pokok kalimat dalam
kedua premis antesedens
iv.
Term tengah menjadi predikat dalam
premis mayor dan pokok kalimat dalam premis minor
37.
Bentuk-bentuk Silogisme
Bentuk silogisme ditentukan oleh
urutan dari premis menurut kualitas dan kuantitasnya (A.E.I.O)
A
: Penandasan Umum
E
: Pemungkiran Umum
I
: Penandasan Partikular
O
: Pemungkiran Partikular
38.
Jenis-jenis Silogisme
i.
Silogisme Kategorik
Ialah bentuk silogisme yang premis
mayornya hanya menandaskan dan memungkiri suatu tanpa ada tambahan lain-lain.
ii.
Silogisme Hipopetik
Ialah yang mengemukakan dalam
premis mayor suatu aternatif, sedangkan premis minornya salah satu bagian dari
alternative itu di tandaskan atau dipungkiri.
39.
Silogisme yang Tidak Sempurna dan
Silogisme yang Kompleks
i.
Enthymeme adalah sejenis silogisme yang
mendiamkan salah satu premisnya
ii.
Socrites adalah penyimpulan mata-rantai,
terdiri dar rentetan proposisi yang di hubungkan satu sama lain sedemikian
rupa.
iii.
Dilemma adalah suatu bentuk pembuktian
yang memaksakan kepada seorang satu alternative, yang tiap bagiannya harus
menuju kesimpulan yang sama.
BAB
VI LOGIKA MATERIAL
40.
Definisi
Logika material adalah ilmu berfikir
yang memperhatikan materi dari pengetahuan dengan menentukan prosedur yang
harus ditaati, agar dengan tepat dan cepat mencapai kebenaran.
41.
Kebenaran
i.
Kebenaran Ontologis
Menonjolkan keadaan yang nyatanya
dari benda-benda sebagaimana dan sepanjang dapat disesuaikan dengan nama atau
pengertian yang diberikan padanya, yakni sepanjang sesuai dengan ide yang
menjadi sumbernya.
ii.
Kebenaran Logis
Menonjolkan kesesuaian dari akal
dengan benda-benda, artinya dengan kebenaran ontologis dari benda-benda itu
42.
Empat Keadaan Akal dalam Menghadapi
Kebenaran
a) Kurang
Tahu
Hal kurang tahu adalah keadaan
negative semata-mata, di mana suatu pengetahuan tentang sesuatu benda tidak
tersedia pada subjek yang berpikir
b) Keragu-raguan
Adalah keadaan keseimbangan antara
penandasan atau pengakuan dan pemungkiran, dimana terdapat motif-motif
penegasan dan pemungkiran yang berhadapan satu sama lain.
c) Pendapat
Keadaan akal, dimana ditegaskan
sesuatu disamping kekhawatiran tentang kemungkinan adanya kekeliruan.
d) Kepastian
dan Evidensi
Kepastian adalah keadaan dari akal,
dimana terdapat persetujuan tetap dengan kebenaran yang diketahui tanpa adanya
kekawatiran kekeliruan.evidensi adalah dasar / asas dari kepastian yang dapat
dirumuskan sebagai hal yang jelasnya dengan mana kebenaran menonjolkan dirinya
kepada akal manusia
43.
Kepalsuan
Bila
kebenaran adalah persesuaian dari akal dengan benda-benda maka kepalsuan adalah
kebalikannya tapi kepalsuan bukan semata-mata kurang tahu saja tapi juga kurang
tahu yang tidak tahu.
44.
Sofisme
Ialah
penyimpulan yang palsu dan dikemukakan seolah-olah benar.kepalsuan sofisme
dapat terjadi karena bahasa (sofisme perkataan) dank arena istilah (sofisme
benda-benda atau istilah)
45.
Kriterium Kepastian
Kriterium
adalah pertanda atau cirri untuk mengenal sesuatu benda dan untuk membedakannya
dari yang lainnya.
46.
Kriterium Evidensi
Evidensi
adalah motif tertinggi dan terakhir dari kepastian, cirri
a) Segala
sesuatu yang eviden adalah benar
b) Segala
sesuatu yang benar adalah eviden.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar